HIDUP ITU BEGITU BERARTI BILA DI HATI KITA ADA CINTA DAN KASIH SAYANG SEBAGAI KEKUATAN PERJUANGAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK. SETELAH ITU, KITA BISA MENUTUP MATA DENGAN SENYUM DAN DAMAI.

Perjanjian Yang Kokoh


Labels: , 0 comments

Penawaran Sukuk Negara Ritel Seri 008 2016


0 comments

Syukur Nikmat


Labels: , 0 comments

Melihat Prilaku Primitif Dari Politisi Senayan


Labels: , 0 comments

MELIHAT PRILAKU PRIMITIF DARI POLITISI SENAYAN
Oleh: Moh.Ya’kub/Yaksara

Menyaksikan sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) tentang Setya Novanto, saya terhibur dengan lelucon-lelucon dari “yang mulia”.
Lelucon pertama: beberapa anggota sibuk memersoalkan LEGAL STANDING pelapor(Sudirman Said).
 Lelucon kedua: pertanyaan-pertanyaan “yang mulia” lebih kritis ditujukan kepada si Pelapor ketimbang ke si Terlapor(Setya Novanto), seolah-olah si Pelapor sebagai pesakitan.
 Lelucon ketiga: “yang mulia” sepertinya kurang bisa membedaan antara sistem peradilan hukum dengan etika.
 Lelucon keempat: adanya penunjukan pimpinan sidang yang sangat memiliki konflik kepentingan begitu kental, pemimpin sidangnya Kahar Muzakir ( dari Partai Golkar) dan yang disidang Setya Novanto ( juga dari Partai Golkar).
Lelucon kelima: Fakhri Hamzah(wakil ketua DPR) menandatangani pergantian Akbar Faisal sebagai anggota MKD dari partai Nasdem dengan alasan bahwa Akbar Faisal diduga melakukan pelanggaran etika lantaran dia membocorkan sidang tertutup Setya Novanto ke Metro TV, namun Fahri Hamzah tidak melakukan tindakan yang sama terhadap 3 anggota MKD dari partai Golkar yang juga dilaporkan oleh Akbar Faisal atas indikasi pelanggaran etika karena ketiganya telah melakukan jumpa pers bersama Luhut Binsar Panjaitan. Kita tahu bahwa Luhut sedang ditunggu keterangannya pada sidang MKD sehari setelahnya.
Lelucon keenam: Anggota MKD yang selama ini getol membela Setya Novanto( 1. Kahar Muzakir (Golkar/Dapil Sumatera Selatan I) 2. Adies Kadir (Golkar/Jawa Timur I) 3.Ridwan Bae (Golkar/Sulawesi Tengah) 4. Sufmi Dasco Ahmad (Gerindra/Banten III) 5. Supratman (Gerindra/Sulawesi Tengah) 6.Dimyati Natakusumah, Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta, Djan Faridz. ) tiba-tiba memberikan penilaian kepada Ketua DPR Setya Novanto sebagai telah melakukan pelanggaran kode etik kategori berat. Sedang 10 anggota lainnya memberikan Setnov sebagai pelaku pelanggaran kode etik sedang. 1 dari PDIP, Prakoso memberikan sanksi berat. Ini disebut lelucon karena di pasal 39 ayat 1 Peraturan DPR RI nomor 2/2015 tentang Tata Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI, disebutkan bahwa, "Dalam hal MKD menangani kasus pelanggaran Kode Etik yang bersifat berat dan berdampak pada sanksi pemberhentian, MKD harus membentuk Panel yang bersifat ad hoc." Sanksi berat, di pasal 68, dipaparkan jalan berliku dan lebih lama dalam memproses putusan MKD tersebut. Sebaliknya,kalau sanksinya sedang, otomatis Novanto harus dicopot dari jabatannya sebagai Ketua DPR, lalu dipilih penggantinya. Sementara kalau sanksi berat, dia (Setya) dinonaktifkan dulu lalu harus dibentuk panel. Di panel itu nanti ada kesempatan Novanto lepas.
Lelucon ketujuh: Setya Novanto menyatakan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua DPR-RI karena dia sudah tidak ada pilihan lain. Toh walaupun dia tidak mundur dia pasti akan dimundurkan bila kita melihat dari fakta persidangan.
Lelucon kedelapan: Manuver Setya Novanto berhasil menghipnotis seluruh anggota dan pimpinan MKD. Kenapa demikian?  Karena semua orang terkesima dengan pengunduran diri Setnov dari kursi Ketua DPR-RI sehingga lupa bahwa ada agenda besar lainnya di MKD yang terhenti dan luput dari perhatian kita semua, yakni SIDANG MKD YANG TERNYATA TIDAK MENETAPKAN KEPUTUSAN BAHWA SETNOV TELAH MELAKUKAN PELANGGARAN ETIKA. Disini kita kecolongan. Dengan begitu, Setnov bebas tanpa ada sanksi apapun dari MKD kecuali pengunduran diri sebagai ketua DPR.
Lelucon kesembilan: Sehari Setnov mengundurkan diri dari Ketua DPR-RI, DPP Golkar mengajukan Setnov sebagai Ketua Fraksi Golkar di DPR, tukar guling dengan Ade Komarudin yang dipromosikan sebagai ketua DPR pengganti Setnov. Wow… pantastik!!! Akrobatik bintang Sembilan!!!
Ini adalah tragedi besar yang terjadi di Lembaga Tinggi Negara, DPR sebagai penutup tahun 2015.
Hal tersebut sejalan dengan lirik lagu Ahmad Albar berikut:
Dunia ini panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura

Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara

Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara

Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Mengapa kita bersandiwara

Inilah dramaturgi, yakni: sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia.  Menurut Goffman, sandiwara ini memiliki PANGGUNG DEPAN( FRONTSTAGE) dan PANGGUNG BELAKANG(BACKSTAGE). Termasuk panggung depan adalah setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri). Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri yang ada pada Front.
 Every individual is an actor on a stageperforming for an audience.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Kita tunggu saja. Menarik kok melihat acrobat elit kita.

Penawaran ORI Seri 012


Labels: , 0 comments

Designed by TheBookish Themes
Converted into Blogger Templates by Theme Craft