HIDUP ITU BEGITU BERARTI BILA DI HATI KITA ADA CINTA DAN KASIH SAYANG SEBAGAI KEKUATAN PERJUANGAN UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK. SETELAH ITU, KITA BISA MENUTUP MATA DENGAN SENYUM DAN DAMAI.

CERMIN


Labels: , 0 comments



CERMIN

Moh. Ya’kub S

Mari kita sempatkan sejenak waktu kita untuk bercermin yang sebenar-benarnya bercermin. Tidak sekadar  menatap wajah, namun seluruh penampilan, termasuk rambutmu yang sudah mulai BERTABUR(rontok), kulitmu yang sudah mulai KENDUR, matamu yang sudah terasa KABUR, gigi yang disana-sini ada yang GUGUR  walau tidak sampai ompong, dan sampai pada gejala yang tersembunyi untuk kita tatap yakni:  PINTU KUBUR.

Jangan-jangan yang “bur-bur” itu tidak terlihat. Kenapa? Pertama, bisa jadi cerminnya terbalik atau membelakangi sumber cahaya. Kedua, cerminnya sudah kotor. Ketiga, ada penghalang di antara sumber cahaya dan cermin.

Dalam teori cermin( al-mir’ah) Imam Ghazali dalam karyanya yang sangat terkenal Ihya’ Ulumuddin, mengibaratkan HATI MANUSIA sebagai CERMIN, sedang PETUNJUK TUHAN ibarat NUR atau CAHAYA. Jika hati kita bersih maka niscaya hati akan bisa menangkap cahaya petunjuk Ilahi dan memantulkan cahaya tersebut ke sekitarnya.

Kembali ke pertanyaan di atas, kenapa kita tidak dapat menangkap sinyal-sinyal spiritual dari Tuhan. Bisa jadi karena hati kita tidak tertanam iman. Ia mengingkari adanya Tuhan, malaikat,nabi,kitab-kitabnya, dan hari akhir. Karena lawan kufur itu syukur, maka tidak mensyukuri nikmat Tuhan juga merupakan salah satu bentuk pengingkaran akan cahaya petunjuk Ilahi. “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”. (Q.S. 14 : 7).  Inilah kategori dari CERMIN TERBALIK alias MEMBELAKANGI SUMBER CAHAYA.

Termasuk dalam kategori kedua adalah hati yang senantiasa  dilumuri oleh perbuatan-perbuatan kotor dan aniaya. Karena hati kita terlalu kotor maka cahaya atau nur Ilahi seterang apapun tdak dapat ditangkap dengan cermin ruhani yang dimilikinya.Wujud nyatanya berupa IRI HATI: senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang; UJUB: merasa lebih baik dan sempurna tingkat spiritualitasnya dari orang lain;TAKABUR: memandang orang lain lebih rendah dan hina dari dirinya sendiri. Merasa paling benar sendiri. Kebaikan orang lain dipandang sebagai keburukan. Keburukan dirinya dipandang sebagai kebaikan; RIYA: menampakkan kebaikannya( solatnya, puasanya, zakatnya, hajinya dll) dengan harapan mendapatkan pujian dari orang lain, dan bukan karena mengharapakan ridho Tuhan. Cermin kotor lainnya adalah,  bila berjanji tidak ditepati, bila dipercaya berkhianat, dan bila berbicara dusta. Inilah gambaran dari HATI (CERMIN) YANG KOTOR.

Kategori ketiga adalah, diantara cermin dan sumber cahaya terdapat penghalang yang tidak memungkinkan cahaya Ilahi menerpa cermin tersebut. Wujudnya berupa orientasi hidup yang hanya bermuara pada kesenangan fisik: harta, tahta, wanita bagi pria, dan pria bagi wanita. Akan tidak adil kalau kita hanya melukiskan wanita saja sebagai kesenangan pria tanpa melukiskan pria sebagai kesenangan wanita.( Hehehehe…enggak mau kalah! Maksudnya, menempatkan wanita sejajar dengan pria sesuai dengan kodratnya masing-masing).  Inilah  gambaran PENGHALANG CERMIN DENGAN  SUMBER CAHAYA.

Adalah manusiawi bagi siapa saja yang menyenangi harta, tahta, dan wanita/pria selama kita tidak menafikan hakikat lainnya yaitu panggilan hidup dan kebaikan hidup untuk diri, keluarga, tetangga, dan sesama. Maka, salah satu cara untuk menghilangkan sekat yang membatasi cermin dengan sumber cahaya agar cahayanya dapat memantul ke sekitar kita adalah dengan cara  memproses batin kita sedemikian rupa  sehingga KESENANGAN  dan KEWAJIBAN atau KEBAIKAN  hidup bisa menyatu. Dalam bahasa Erich Fromm, menyenangi dan menyintai materi(harta,tahta,wanita/pria) tidak semata-mata dari modusnya berupa EKSISTENSI MEILIKI(having), namun yang tidak kalah pentingnya adalah dipandang dari modusnya yang berupa EKSISTENSI MENJADI(being). Hidup tidak sekadar KESENANGAN, namun yang lebih penting dari itu, ia berupa PANGGILAN jiwa untuk kebaikan sesama walau TIDAK MENYENANGKAN. Tahta bukan milik kita, melainkan amanah yag dipercayakan kepada kita, maka janganlah kita merebutnya dengan cara menghalalkan segala cara. Harta juga bukan milik kita, maka janganlah kita terlalu rakus mengeksploitasi kekayaan alam yang sejatinya buka warisan dari moyang kita, melainkan sekadar titipan untuk anak cucu kita. Wanita/pria adalah aurat, maka tutupilah auratnya agar Yang Maha Memiliki meridhoi setiap nafas kita.

Dengan teori cermin ini, moga-moga “BUR-BUR” yang tadinya tidak terlihat akan menjadi lebih jelas karena kita sudah membersihkan cermin yang kotor, menghilangkan penghalang cermin dengan sumber cahaya, dan mengarahkan cermin sesuai peruntukannya, alias tidak lagi terbalik.
                                                                                                            Jakarta, 10 Juli 2014

Designed by TheBookish Themes
Converted into Blogger Templates by Theme Craft