Notable Quotes
Melihat Prilaku Primitif Dari Politisi Senayan
22 December, 2015
11:11:00 AM
Posted by
Moy
Labels:
POLITIK
,
0
comments
MELIHAT PRILAKU PRIMITIF
DARI POLITISI SENAYAN
Oleh: Moh.Ya’kub/Yaksara
Menyaksikan sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD)
tentang Setya Novanto, saya terhibur dengan lelucon-lelucon dari “yang mulia”.
Lelucon pertama: beberapa anggota sibuk memersoalkan LEGAL STANDING
pelapor(Sudirman Said).
Lelucon kedua: pertanyaan-pertanyaan “yang
mulia” lebih kritis ditujukan kepada si Pelapor ketimbang ke si Terlapor(Setya
Novanto), seolah-olah si Pelapor sebagai pesakitan.
Lelucon ketiga: “yang mulia” sepertinya kurang
bisa membedaan antara sistem peradilan hukum dengan etika.
Lelucon
keempat: adanya
penunjukan pimpinan sidang yang sangat memiliki konflik kepentingan begitu
kental, pemimpin sidangnya Kahar Muzakir ( dari Partai Golkar) dan yang
disidang Setya Novanto ( juga dari Partai Golkar).
Lelucon kelima: Fakhri Hamzah(wakil ketua DPR) menandatangani
pergantian Akbar Faisal sebagai anggota MKD dari partai Nasdem dengan alasan
bahwa Akbar Faisal diduga melakukan pelanggaran etika lantaran dia membocorkan
sidang tertutup Setya Novanto ke Metro TV, namun Fahri Hamzah tidak melakukan
tindakan yang sama terhadap 3 anggota MKD dari partai Golkar yang juga
dilaporkan oleh Akbar Faisal atas indikasi pelanggaran etika karena ketiganya
telah melakukan jumpa pers bersama Luhut Binsar Panjaitan. Kita tahu bahwa
Luhut sedang ditunggu keterangannya pada sidang MKD sehari setelahnya.
Lelucon keenam: Anggota MKD yang selama ini getol membela Setya
Novanto( 1. Kahar Muzakir (Golkar/Dapil Sumatera Selatan I) 2. Adies
Kadir (Golkar/Jawa Timur I) 3.Ridwan Bae (Golkar/Sulawesi Tengah) 4. Sufmi
Dasco Ahmad (Gerindra/Banten III) 5. Supratman (Gerindra/Sulawesi Tengah) 6.Dimyati Natakusumah, Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta,
Djan Faridz. ) tiba-tiba
memberikan penilaian kepada Ketua DPR Setya Novanto
sebagai telah melakukan
pelanggaran kode etik kategori berat. Sedang 10 anggota lainnya
memberikan Setnov sebagai pelaku pelanggaran kode etik sedang. 1 dari PDIP,
Prakoso memberikan sanksi berat. Ini disebut lelucon karena di pasal 39 ayat 1
Peraturan DPR RI nomor 2/2015 tentang Tata Beracara Mahkamah Kehormatan Dewan
DPR RI, disebutkan bahwa, "Dalam hal MKD menangani kasus pelanggaran Kode Etik yang bersifat berat
dan berdampak pada sanksi pemberhentian, MKD harus membentuk Panel yang
bersifat ad hoc." Sanksi berat, di pasal
68, dipaparkan jalan berliku dan lebih lama dalam memproses putusan MKD
tersebut. Sebaliknya,kalau sanksinya
sedang, otomatis Novanto harus dicopot dari jabatannya sebagai Ketua DPR, lalu
dipilih penggantinya. Sementara kalau sanksi berat, dia (Setya) dinonaktifkan
dulu lalu harus dibentuk panel. Di panel itu nanti ada kesempatan Novanto lepas.
Lelucon
ketujuh: Setya Novanto menyatakan mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai ketua DPR-RI karena dia sudah tidak ada pilihan lain. Toh
walaupun dia tidak mundur dia pasti akan dimundurkan bila kita melihat dari
fakta persidangan.
Lelucon
kedelapan: Manuver Setya Novanto berhasil menghipnotis seluruh
anggota dan pimpinan MKD. Kenapa demikian? Karena semua orang terkesima dengan
pengunduran diri Setnov dari kursi Ketua DPR-RI sehingga lupa bahwa ada agenda
besar lainnya di MKD yang terhenti dan luput dari perhatian kita semua, yakni
SIDANG MKD YANG TERNYATA TIDAK MENETAPKAN KEPUTUSAN BAHWA SETNOV TELAH
MELAKUKAN PELANGGARAN ETIKA. Disini kita kecolongan. Dengan begitu, Setnov
bebas tanpa ada sanksi apapun dari MKD kecuali pengunduran diri sebagai ketua
DPR.
Lelucon
kesembilan: Sehari Setnov mengundurkan diri dari Ketua DPR-RI, DPP
Golkar mengajukan Setnov sebagai Ketua Fraksi Golkar di DPR, tukar guling
dengan Ade Komarudin yang dipromosikan sebagai ketua DPR pengganti Setnov. Wow…
pantastik!!! Akrobatik bintang Sembilan!!!
Ini adalah
tragedi besar yang terjadi di Lembaga Tinggi Negara, DPR sebagai penutup tahun
2015.
Hal tersebut
sejalan dengan lirik lagu Ahmad Albar berikut:
Dunia ini panggung
sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara
Inilah dramaturgi, yakni: sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Menurut Goffman, sandiwara ini memiliki PANGGUNG DEPAN( FRONTSTAGE) dan PANGGUNG BELAKANG(BACKSTAGE). Termasuk panggung depan adalah setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri). Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri yang ada pada Front.
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan
Mengapa kita bersandiwara
Inilah dramaturgi, yakni: sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia. Menurut Goffman, sandiwara ini memiliki PANGGUNG DEPAN( FRONTSTAGE) dan PANGGUNG BELAKANG(BACKSTAGE). Termasuk panggung depan adalah setting, personal front (penampilan diri), expressive equipment (peralatan untuk mengekspresikan diri). Sedangkan bagian belakang adalah the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan acting atau penampilan diri yang ada pada Front.
Every individual is an
actor on a stageperforming for an audience.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Kita tunggu saja.
Menarik kok melihat acrobat elit kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)