Mencari Surga Dunia
24 September, 2013
11:24:00 AM
0
comments
Ibnu Rawi
Bawiani (20-01-12)
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain
dari main-main dan senda gurau belaka. Sungguh, negeri akhirat itu lebih baik
bagi orang-orang bertakwa. Tidakkah kalian mengerti? (QS 6:32)
Maksudnya,
kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Karenanya
jangan terpedaya dengan kesenangan-kesenangan duniawi, dan jangan lalai
terhadap urusan akhirat.
“Tapi sekarang kita ‘kan masih hidup di dunia, apa salahnya kita nikmati segala fasilitas duniawi ini?”
“Gak ada salahnya, bro! Yang penting
fasilitas itu sah milik ente, atau milik orang lain yang diizinkan untuk ente
gunakan.”
“Kalau gitu, gak salah juga dong, para
pegawai menikmati fasilitas instansi?”
“Pasti gak salah, kalau digunakan untuk
menjalankan tugas-tugas instansi, bro. Kalau untuk urusan pribadi? Itu namanya
nyalahi wewenang. Gak boleh!”
“Lho, kalau fasilitas itu fasilitas dinas?”
“Hati-hati, bro! Mobil dinas ente itu hanya
sah dipergunakan
untuk urusan dinas. Gak urusan, apakah atasan ente tahu atau tidak. Mobil itu milik rakyat, bro! Ente jangan salah kaprah! Susah minta maaf kepada jutaan rakyat…”
untuk urusan dinas. Gak urusan, apakah atasan ente tahu atau tidak. Mobil itu milik rakyat, bro! Ente jangan salah kaprah! Susah minta maaf kepada jutaan rakyat…”
“Jangan-jangan hanya karena sampeyan gak
dapat mobil dinas, lalu bisa ngomong gitu?!”
“Biar aku atau siapa pun kalau
menyalahgunakan fasilitas dinas untuk urusan pribadi, ya tetap gitu hukumnya,
gak boleh!”
“Instansi gak dirugikan, koq?”
“Gak ngaruh, bro! Mau rugi atau mau untung
itu soal lain. Eh! Siapa bilang gak dirugikan? Instansi tempat ente bekerja itu
seperti orang sakit yang minta diinfus terus koq?”
Suatu
ketika Atha’ bin Abu Rabah bertanya kepada Fatimah binti Abdul Malik, isteri
khalifah Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Bani Umayyah:
“Wahai Fatimah! Ceritakan kepadaku mengenai
perilaku suami anda?”
“Ketahuilah, Atha’! Umar bin Abdul Aziz
adalah seorang khalifah yang berusaha mengabdi kepada rakyat. Kadangkala dia
bekerja lembur hingga malam, dan dia menggunakan lampu fasilitas negara untuk
urusan kenegaraan. Setelah selesai, beliau segera mematikan lampu milik negara,
dan menggantinya dengan menyalakan lampu milik pribadi. Dia melaksanakan solat
malam, berdoa, dan merenungkan pekerjaan yang dilakukannya seharian. Tak jarang
dia menangis, meminta ampun kepada Allah…” Fatimah binti Abdul Malik
menguraikan.
Khalifah
Umar bin Abdul Aziz tidak pernah berkampanye untuk mendapatkan jabatan sebagai
kepala negara. Dia ditunjuk oleh khalifah pendahulunya, Sulaiman bin Abdul
Malik. Pada masa pemerintahan khalifah Sulaiman, Umar diangkat sebagai wazir.
Umar bin Abdul Aziz dinobatkan menjadi Kahlifah pada usia 37 tahun.
Suatu
ketika sang Khalifah yang belum genap berusia empatpuluh tahun itu curhat
kepada isterinya, Fatimah:
“Isteriku! Aku telah diberi mandat untuk
memimpin dan mengurus umat, yang bangsa Arab maupun non Arab. Aku melihat masih
banyak di kalangan mereka yang hidup miskin, menderita, tertindas, dan melarat
di seantero negeri. Nanti di akhirat aku akan dimintai pertanggungjawaban. Aku
khawatir pertanggungjawabanku di akhirat kelak tak diterima. Aku cemas dan
khawatir, isteriku…”
Ubaidillah
bin Iraz menuturkan, bahwa suatu ketika sang Khalifah berkhutbah di atas mimbar
yang terbuat dari tanah ketika berada di wilayah Syam:
“Wahai manusia! Perbaiki
perbuatan-perbuatan kalian yang rahasia! Maka perbuatan-perbuatan kalian yang
terang-terangan akan menjadi baik. Berbuatlah untuk akhirat kalian! Maka Allah
akan mencukupkan kebutuhan dunia kalian…”
Dalam hadis
Qudsi Allah berfirman: “Hai dunia! Layanilah orang yang melayani-Ku. Hai
dunia! Letihkanlah orang yang melayanimu.” (Al-Futuhatul Makkiyah).
Allah
berfirman: “Hai bani Adam! Janganlah engkau merendah demi mengharap sesuatu
kepada selain Aku, sedang Aku selalu bersedia menolongmu. Jika engkau memohon
kepada-Ku, maka engkau akan memperoleh karunia-Ku. Tetapi jika engkau merengek
kepada selain Aku, akan terlepaslah semua kebaikan itu (darimu).”
(Hidayatul Mursyidin)
Allah berfirman: “Hai bani Adam! Jika engkau
rela terhadap apa yang Ku-bagikan untukmu maka Ku-tenteramkan hatimu dan
tubuhmu, sedang engkau terpuji. Dan apabila engkau tidak rela dengan apa yang
Ku-bagikan untukmu, maka Aku jadikan dunia menguasaimu sehingga engkau tunduk
kepadanya laksana hewan tunduk kepada manusia. Lalu demi kemuliaan dan
kebesaran-Ku, engkau tak akan dapat meraih kebahagiaan dunia kecuali apa yang
telah Ku-takdirkan untukmu, sementara engkau tercela.” (Al-Futuhatul
Makkiyah, jilid IV).
“Nyatanya
banyak orang berdoa siang malam, tapi toh mereka juga gak dikasih apa yang
mereka minta, bung!?”
“Tentu
ada yang salah, bro! Rasulullah saw. bersabda: Allah itu maha baik, gak nerima
sesuatu kecuali yang baik. Ada orang berdoa: ‘Ya Tuhan, ya Tuhan,’ sementara
makan-minumnya haram, pakaiannya haram, dan perutnya kenyang dengan yang haram,
mana mungkin doanya dikabulkan?! Hadis riwayat Muslim, dari Abu Hurairah.
Nabi
juga bersabda: Doa orang akan dikabul selama dia gak tergesa-gesa, dia berkata,
‘Aku telah berdoa, tapi belum juga dikabulkan. Hadis riwayat Abu Daud.”
“Tapi
kayaknya banyakan orang berdoa yang kecewa deh, bung?!”
“Aku
gak tahu. Cobalah selidiki rahasia hati mereka…”
“Mana
mungkin kulakukan itu, bung?”
“Tuhan
bisa melakukannya. Dan Tuhan pasti telah melakukannya, bro!”
“Lalu
apa kesalahan mereka?”
“Tanya
saja sama Tuhan.”
Carilah (pahala) negeri akhirat
dengan apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu
lupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah (kepada pihak lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.
(QS
28:77)
0 Response to "Mencari Surga Dunia"
Post a Comment